19 Desember, 2008

Malu . . . . . . . (1)

Satu goresan luka
Menebar seribu ingatan berulang-ulang:
pantai, senja, camar
dan batu tempat engkau biasa duduk
sehabis istirahat olahraga
seperti biasa
hingga matahari lunglai mulai tenggelam
dikejauhan aku menengadah kelangit
mengemis kekuatan pada Tuhan
hanya untuk sepatah duapatah kata

Setelah terlambat
aku berteriak menggebu
'pun di dalam hati


"RIP 1986"

rumah

Di dalam perjalanan hidup
aku banyak menemukan krikil,
batu dan pasir
kukumpulkan
untuk membangun rumah masa depan

"Perjalanan" 1987

Hidup 1

Masa lalu dan perkiraan masa depan
adalah tongkat dan obor
yang kita pakai meniti jalan di masa kini

"Scripture 3"

Kubuka catatan harian
kurobek helai-helai mentari
kubuang helai rumput
juga helai bunga
Engkau di lembar ke empat
senyummu sanat terang
menggurat hidup jadi tampak hijau
membersitkan semangat dan udara menjadi semerbak


"Scripture 1988"

Kau ada didalam

Kubuka catatan harian
dan kau tergoda untuk masuk di sana
meski aku lebih menyukai
matahari, rumput dan bunga
tapi kau tetap memaksa masuk
maka bayangmu menghalangi sinar
melenyapkan nuansa hijau dan sang semerbak


Ivans, "Scripture 1988"

Sekejap

Bulan singgah sekejap di mataku
Orang-orang mengutuk karena gelap menyusul
Padahal matahari terbersit dihatiku
menghimpun kebaikan menjadi terang

Ivans, "Scripture" 1988

Manuskrip yang hilang

Ketika pindahan dulu ada ratusan bahkan mungkin ribuan karangan baik berupa puisi, opini, cerpen, manuskrip, dan banyak lagi hilang tak terselamatkan. Saat itulah baru sangat terasa sebagaimana yang dirasakan oleh Pramudya Anantatur, sangat terasa bagaimana jika kehilangan karangan dengan sejuta kenangan cerita bagaimana terciptanya karangan itu.
Beberapa karya untung masih terselamatkan. Ketika saya membongkar gudang saya menemukan disket-disket lama yang sudah jamuran. saya bongkar isinya dan saya bersihkan dengan alkohol. Setelah berminggu-minggu mencari disk drive yang sekarang sudah sulit ditemukan (diskdrive untuk disket besar ukuran 5,25 inci) saya coba berulang kali. Dari delapan diskdrive akhirnya ada yang mampu membaca disk itu dan beberapa beberapa disk ada yang selamat, sehingga karangan saya ikut pula terselamatkan. Tapi banyak juga yang hanya tampil judulnya tapi isinya hanya berupa teks makhluk planet. Ratusan bahkan ribuan karangan lain yang hilang hingga saat ini tak mampu ku ikhlaskan, semua karangan itu masuk dalam dua kardus, yang satu kardus kumpulan sastra berupa manuskrip, puisi/sajak yang selesai dikarang, sedang beberapa lembar drama/cerpen/karangan politik/tentang komputer yang kesemuanya baru setengah jadi. Yang satu dus lagi berupa cerpen, novelet (novel kecil), opini politik/budaya/ekonomi/komputer yang semua bisa dikatakan sudah diselesaikan dan ditata. Dua dus itu hilang ketika pindahan dari Gondolayu Lor -- Yogyakarta. Mudah-mudahan ada yang menemukan, mau berbelas kasih kepada saya akan kerinduan pada karangan itu dan mau menghubungi saya. Karena untuk menulis yang seperti itu lagi sungguh sulit dalam kondisi sekarang.
Yang sedikit ini saya tuangkan dalam blog lumayan bisa sedikit ini mengobati rindu bertahun-tahun dalam pencariannya. Mudah-mudahan blog ini bisa kekal sehingga saya tidak kehilangan lagi

Untuk yang sedikit itu, terimakasih Tuhan.......


SKETSA, 2008 P. IVAN Simangunsong

Diam

Seperti Biasanya aku diam
ketika
terlambat
aku ingin berteriak


Ivans, Padang 20 Juni 1987